This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 09 Januari 2014

Srandul Hampir Tinggal Kenangan

        
 
 
Ketika kita berbicara mengenai seni pertunjukan, kita akan mengenal beberapa seni pertunjukan seperti kethoprak, teater, monolog, parodi, dan masih banyak lagi. Namun apakah kita pernah mendengar seni pertunjukan Srandul? Inilah yang menjadi sebuah tanda tanya besar bagi kita karena seni pertunjukan ini tak pernah terdengar oleh masyarakat, atau bahkan para pecinta seni pertunjukan di tanah air. Mungkin karena seni pertunjukan ini adalah seni pertunjukan berbasic kedaerahan atau apalah sehingga kurang diminati dan mendapat tempat diantara beberapa seni pertunjukan lain yang sifatnya adalah makro.
Seni pertunjukan srandul hampir sama seperti seni pertunjukan seperti jathilan atau kuda kepang yang menyebar hampir diseluruh masyarakat jawa, jawa tengah, jawa timur dan yogyakarta. Namun memang diakui seni pertunjukan ini tak terkenal seperti kesenian kuda kepang karena hanya menyebar sekitar wilayah seperti Magelang, Klaten, Temanggung, Boko Prambanan, Piyungan, Wonosari, dan Yogyakarta. Persamaan dari seni pertunjukan ini adalah sama-sama berasal dari jawa dan menggunakan keterampilan bermain peran yang baik supaya lebih menarik. Perbedaan dari seni pertunjukan ini adalah terletak pada peran yang dimainkan dalam panggung. Jathilan lebih menitik beratkan pada kesenian olah tubuh atau menari, sedangkan srandul menitik beratkan pada dialog antar pemain.
Srandul merupakan salah satu kesenian tradisional berbasic seni pertunjukan panggung dimana kesenian ini menitik beratkan pada dialog antar pemain dengan cerita yang telah ditentukan. Kesenian ini menggunakan elemen-elemen pendukung seperti karawitan. Serasa hampir sama dengan kethoprak, namun perbedaan disini adalah kethoprak mempunyai bagian tertentu dimana pemain karawitan tak akan bermain peran atau sebaliknya, namun srandul tidak demikian. Srandul melibatkan pemain karawitan dan peran untuk terjun dalam panggung, sehingga peran dan musik harus dikuasai para pemain srandul.
Seni pertunjukan ini kini mulai kurang mendapat tempat di hati para masyarakat, khususnya masyarakat desa Jepitu, Kabupaten Gunung Kidul. Bagaimana tidak ketika kesenian tersebut hanya dimainkan sekali dalam satu tahun sebagai rasa syukur mereka terhadap hasil panen yang telah diberikan kepada Tuhan. Srandul pun dimainkan dalam beberapa babak dan menghabiskan waktu kadang hingga sampai sehari semalam, atau beberapa malam. Mungkin masalah inilah yang menjadi penyebab srandul kurang mendapat tempat dari masyarakat. Disamping itu pula, kesenian ini kurang mendapat tangan pemerintah, buktinya dengan ketika akan diadakan pementasan, selalu saja ada kendala berhubungan dengan keuangan. Properti yang digunakan pun dapat dikatakan tidak layak. Bagaimana tidak, ada irah-irahan anoman (tutup kepala untuk hanoman) yang berusia hampir satu abad dan belum diganti sebagai akibat dari tidak ada dana untuk membeli irah-irahan dengan satu buah berkisar antara 300-500ribu. Sebagai ganti dari irah-irahan tersebut, mereka berinisiatif membuat dari kardus bekas kemudian dibentuk mirip dengan irah-irahan­.
Sungguh tragis sebenarnya melihat keadaan yang sangat memprihatinkan tersebut. Terlebih lagi ada sebuah masalah yang sangat signifikan yang harus benar-benar dipikirkan bersama. Kesenian srandul merupakan kesenian kedaerahan dimana setiap kesenian daerah mempunyai ketua adat yang mengetahui secara pasti kesenian tersebut dan memimpin kesenian tersebut. Yang menjadi masalah adalah ketua adat desa tersebut sekarang sudah berusia lanjut. Beliau adalah satu-satunya orang yang tau, mengerti dan paham akan kesenian srandul dari awal hingga akhir. Namun dalam usia yang mulai tidak produktif tersebut, terdapat kekhawatiran bahwa srandul akan benar-benar punah kalau generasi muda tak ada yang tertarik untuk melestarikan kesenian tersebut. Beliau sangat prihatin dengan generasi muda yang sekarang tidak mencintai kebudayaan sendiri.
Generasi muda lebih memilih mencintai dan mendalami kebudayaan pendatang yang sebenarnya merusak. Tidak seperti srandul dimana dalam pertunjukan srandul sarat dengan makna adiluhung dan ajaran moral yang sangat tak ternilai harganya. Dengan keadaan seperti ini, akankah Srandul dapat lestari ditengah arus perkembagan jaman yang semakin mendesak manusia menjadi manusia individual dan tidak peduli dengan lingkungan. Beliau pun mengatakan kalaulah beliau meninggal dunia, setidaknya ada salah satu yang dapat mewarisi pengetahuan tentang Srandul, sehingga tidak hanya kesenian ini dapat tetap lestari, namun juga makna dari sebuah kesenian Srandul ini dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selasa, 17 Desember 2013

52.000 Siswa Menari Gambyong Kolosal

Klaten - Dalam rangka memeriahkan serangkaian hari jadi Klaten ke 209, Hut RI ke 69 dan Hut Pemkab Klaten ke 63, Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, serta RSPD dan SKPD lainnya, menggelar pertunjukkan tari Gambyong Kolosal di sepanjang Jalan Pemuda dan di kecamatan pada hari minggu (27/10). Pertunjukan tari gambyong tersebut di ikuti oleh 52 ribu pelajar mulai dari SD hingga SMA.
         Dalam kesempatan tersebut Bupati Klaten, Sunarna turut menghadiri pertunjukan tari kolosal Gambyong. Sekitar pukul 08.00, Bupati beserta rombongan tiba di depan halaman Gedung Sunan Pandanaran menggunakan sepeda. Pertunjukan tari kolosal Gambyong dibuka secara resmi oleh Bupati dengan membunyikan sirene sebagai tanda pertunjukkan tari gambyong kolosal itu dimulai.
         Antusias warga terhadap pertunjukkan ini sangat tinggi, ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang bergerombol untuk menyaksikan tari gambyong yang dilaksanakan di sela-sela kegiatan car free day itu. Bahkan banyak diantara mereka yang memenuhi badan jalan utama yang mana dijadikan tempat peserta tari kolosal gambyong untuk menunjukkan aksi tarinya. “kalau gak maju, ya nggak keliatan penarinya. Makanya saya ikut maju, seperti yang lain” ujar Yoshi, warga dari Bareng Tengah, yang turut berdesakan dengan penonton lain.
         Peserta tari Gambyong Kolosal dalam pertunjukkan tersebut menampilkan dua ragam tari gambyong, yaitu Gambyong Pareanom dan Gambyong Pangkur. Peserta terlihat sangat luwes dan apik ketika menarikan dua tarian Kolosal tersebut di hadapan Bupati Klaten.
         Peserta mengaku sangat bangga dan senang bisa menampilkan yang terbaik dalam pertunjukkan tari gambyong kolosal. “Bangga sekali mbak. Apalagi disaksikan langsung oleh pak Bupati” seru Rosianna peserta dari sekolah Muhammadiyah 1 Klaten seusai pertunjukkan. Sesuai dengan perkembangan jaman, berbagai ragam kesenian termasuk seni tari mulai ditinggalkan oleh masyarakat terutama kawula muda, dengan adanya pertunjukan seni tari Gambyong Kolosal ini diharapkan masyarakat kembali melestarikan seni kebudayaan terutama seni yang berkembang di daerah Klaten sendiri.








Ilustrasi Penari (Dok/JIBI/Solopos)

Kali Pertama, Candi Sojiwan Klaten Jadi Tempat Upacara Galungan

KLATEN – Ratusan umat Hindu mengikuti acara Galungan dan Kuningan di Pelataran Candi Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, Minggu (27/10/2013). Kegiatan itu baru kali pertama diadakan secara bersamaan di satu tempat.Menurut pantauanSolopos.com di lapangan, ratusan umat Hindu tersebut berasal dari Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka mulai memadati Candi Sojiwan sejak pukul 08.00 WIB dengan membawa berbagai sesaji dan perlengkapan upacara.
Usai acara seremonial yang dihadiri Muspika setempat, acara inti berupa upacara sembahyang Galungan dan Kuningan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB.Ketua Panitia Acara, I Wayan Sahopiartha, mengatakan tema kegiatan ituMembangun Kebersamaan Melalui Jalan Dharma. Ia berharap dalam perayaan tersebut dapat saling terjalin kebersamaan antarumat Hindu yang dilandasi kebajikan dan kebenaran.
“Kami ingin kebersamaan bukan hanya terjalin antarumat Hindu, tetapi juga seluruh umat beragama, sehingga menciptakan perdamaian di seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan. Tapi, ini kami mulai dari intern umat Hindu untuk memperkuat kebersamaan itu,” katanya saat ditemui wartawan sebelum acara dimulai, Minggu.
Terkait pemilihan lokasi acara di Candi Sojiwan, tidak terlepas dari nilai sejarah adanya candi tersebut. “Kalau dilihat dari sejarahnya, Candi Sojiwan ini merupakan perpaduan candi Hindu dan Budha. Jadi, kami berharap disini bisa tercipta kebersamaan antarumat Hindu dan bahkan nantinya bisa berlanjut kebersamaan dengan umat beragama lain,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya berencana mengenalkan Candi Sojiwan sebagai upaya pelestarian cagar budaya. Bahkan, ia berencana menjadikan acara tersebut menjadi agenda tahunan. Ia berharap rencana itu bisa meningkatkan ekonomi sayarakat sekitar dan menarik wisatawan agar mau mengunjungi Candi Sojiwan.
“Kalau Candi Prambanan kan sudah menjadi ikon upacara peringatan Hari Raya Nyepi. Nah, kami juga ingin menjadikan Candi Sojiwan ini untuk ikon peringatan Galungan dan Kuningan. Tentunya dengan seizin Musipika dan Pemkab Klaten. Ini juga bisa memberikan efek yang luas yakni meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar yang ingin berjualan makanan, minuman dan cinderamata,” imbuh Wakil Ketua Bidang Organisasi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Klaten itu.Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jawa Tengah, I Nyoman Suharta, mengatakan peringatan tersebut mencermikan kemenangan kebaikan melawan kejahatan.
“Di dalam diri manusia itu pasti ada kejahatan dan kebaikan atau dharma dan adharma. Musuh yang ada di dalam diri manusia inilah seperti iri, dengki, dan hawa nafsu yang harus diperangi agar muncul kebaikan,” katanya saat memberikan sambutan dalam pembukaan acara.
Sumber : Solopos.com

Senin, 09 Desember 2013

Festival Ketoprak DIY 2013 Menyasar Kaum Muda

Dalam festival ini masing-masing peserta diwajibkan menggunakan iringan gending klasik Yogyakarta dengan unsur-unsur konvensional seperti playo, dan keprak yang bisa “murba” (memberikan aba-aba/mengelola adegan). Selain itu semua pemain tidak boleh berusia di atas 40 tahun.
Kontingen Kulon Progo dengan Lakon Sulastri sebagai penyaji terakhir dalam Festival Ketoprak DIY 2013 di Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, difoto:  Sabtu malam, 23 November 2013, foto: a.sartono
Kontingen Kulon Progo dengan Lakon Sulastri sebagai penyaji terakhir
dalam Festival Ketoprak DIY 2013
Festival Ketoprak Antarkabupaten dan kota di Yogyakarta Tahun 2013 berakhir 23 November 2013. Festival yang dilangsungkan di Gedung Concert Hall Taman Budaya ini dimulai sejak Rabu, 20 November 2013. Pada hari pertama festival ditampilkan kontingen dari Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Masing-masing dengan lakon “Tumenggung Mayang” dan “Tembang Tlutur ing Ereng-ereng Gunung Keling”.
Pada Kamis, 21 November 2013 ditampilkan kontingen dari Kabupaten Bantul dengan lakon “Nalika Rendheng Tanpa Banyu” dan Kabupaten Gunung Kidul dengan lakon “Aji Guramandala”. Pada hari terakhir festival, Jumat 22 November 2013 ditampilkan kontingen dari Kabupaten Kulon Progo dengan lakon “Sulastri” dan ketoprak eksibisi dari SMK Petrus Kanisius Klaten dengan lakon “Sabaya Mukti Sabaya Mati”. Perlu diketahui juga bahwa penampil eksibisi dari SMK Petrus Kanisius merupakan pemenang I dalam Festivak Ketoprak Pelajar se Kabupaten Klaten.
Ada pun yang bertindak sebagai juri dalam festival tersebut adalah Ignatius Wahono, Indra Tranggono, Murjono, Marsidah BSc, dan Prof Dr Suminto A Sayuti. Sedangkan narasumber dari festival ini adalah RM Altiyanto Henryawan dan Bondan Nusantara.
Kontingen dari SMK Petrus Kanisius Klaten ikut memeriahkan Festival Ketoprak DIY 2013, Sabtu malam, 23 November 2013, foto: a.sartono
Kontingen dari SMK Petrus Kanisius Klaten ikut memeriahkan Festival Ketoprak DIY 2013
Dalam Festival Ketoprak Yogyakarta Tahun 2013 ini masing-masing peserta diwajibkan menggunakan iringan gending klasik Yogyakarta dengan unsur-unsur konvensional seperti playo, dan keprak yang bisa “murba” (memberikan aba-aba/mengelola adegan). Selain itu semua pemain tidak boleh berusia di atas 40 tahun. Boleh menggunakan pemain berusia di atas 40 tahun namun tidak lebih dari 3 orang. Durasi pementasan adalah 75-90 menit. Sedangkan tema lakon bebas. Tepuk tangan hanya diperkenankan setelah selesai pentas.
Anggota dewan juri Prof Dr Suminto A Sayuti mengatakan bahwa masa depan ketoprak ada di tangan generasi muda, sehingga pelibatan generasi muda dalam kegiatan ini menjadi wajib. Ia berharap dengan kegiatan itu generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri.
Capaian estetik rata-rata dari semua kontingen masih relatif standar. Namun persoalan ini hendaknya dipandang sebagai bentuk silaturahmi budaya. Persoalan menang dan kalah dalam lomba adalah persoalan biasa dan memang harus demikian.
Kabupaten Bantul sebagai Penyaji Terbaik dalam Festival Ketoprak DIY tengah menerima piala bergilir, difoto: Sabtu malam, 23 November 2013, foto: a.sartono
Kabupaten Bantul sebagai Penyaji Terbaik
dalam Festival Ketoprak DIY menerima piala bergilir
Namun juri juga menyampaikan bahwa semua kontingen ketoprak dari masing-masing kabupaten dan kota sudah menjadi kontingen yang layak untuk ditonton atau dinikmati pementasannya. Masing-masing kontingen juga sudah bisa menjadi dirinya sendiri, yang menjadi unsur pembeda (ciri) dengan kontingen lain. Embrio-embrio perketoprakan yang terbentuk tinggal mengembangkan lebih lanjut.
Keluar sebagai penyaji terbaik sekaligus juara umum dalam festival ini adalah kontingen Kabupaten Bantul dengan capaian nilai 2.400. Penyaji terbaik II adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan nilai 2.360. Penyaji terbaik III adalah Kabupaten Sleman dengan nilai 2.325. Penyaji terbaik IV adalah Kota Yogyakarta dengan nilai 2200. Sementara Kulon Progo menjadi POenyaji Terbaik V dengan nilai 2.100.
Selain itu terpilih juga sutradara terbaik dalam festival tersebut adalah Henrianto (Bantul), penata panggung terbaik atas nama Yunanto (Kulon Progo), penata iringan terbaik adalah Dandun Hadi (Bantul), penata busana terbaik adalah Sri Budiati (Sleman), Pemeran utama pria terbaik adalah Budisriawan (Gunung Kidul) yang memerankan tokoh Rogojoyo. Pemeran utama wanita terbaik adalah Puji Arianti (Bantul) yang memerankan tokoh Kedasih. Pemeran pembantu pria terbaik adalah Nuryanto (Bantul) yang memerankan tokoh Pragola. Sedangkan pemeran pembantu wanita terbaik adalah Wahyu Indriani (Gunung Kidul) yang memerankan tokoh Sekar Arum.
Para penerima hadiah dalam Festival Ketoprak DIY 2013 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, difoto: Sabtu malam, 23 November 2013, foto: a.sartono
Para penerima hadiah dalam Festival Ketoprak DIY 2013
Naskah & foto: A. Sartono


Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website http://www.tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya

Jumat, 06 September 2013

Budaya Indonesia yang Hampir Punah

Seiring dengan perkembangan Zaman, budaya Indonesia semakin dilupakan oleh warga Indonesia sendiri karena terpengaruh oleh budaya Barat dan banyak sekali technology yang semakin maju / sangat canggih. karena itu Indonesia telah hampir punah budayanya dan akhir - akhir belakangan ini banyak negara yang mengakui budaya Indonesia sebut saja mereka itu maling budaya indonesia. Oleh karena kita sendiri hal tersebut terjadi, maka kita harus menjaganya dan merawatnya agar para pahlawan yang membebaskan negara ini bisa bangga sama kita. Moral-moral budaya indonesia semakin terkikis oleh perkembangan zaman, Sifat Indonesia tidak seperti yang dulu pada zaman nenek moyang (Pahlawan) kita. sifat yang dulu saling membantu dan saling mengasihi kini mengganti perubahan yang sangat derastis yaitu yang dulunya saling membantu kini menjadi benci-membenci dan yang dulu saling mengasihi kini menjadi Iri hati. dan banyak sekarang anak-anak muda yang terkena kasus Narkoba atau kehamilan diluar nikah.
Indonesia yang dulu bukan yang sekarang lagi naik daunnya para pemimpin negara Indonesia yang KORUPSI / KORUPTOR dan jika dipenjara para KORUPTOR tersebut tidak dipotong tangan apalagi di penggal kepalanya seperti di negara-negara yang maju, Tapi di Indonesia justru sangat-sangat menyenangkan  bagi para KORUPTOR yaitu dipotong masa tahanannya, Sangat terbalik negara-negara maju dengan Indonesia dan ada sedikit cerita tentang dimana keadilan yang benar/tepat di Indonesia yaitu ada seorang nenek yang mencuri singkong untuk dimakan karena kehidupannya sangat miskin dipenjara kurang lebih 5 tahun dan di denda 1 juta, akan tetapi para KORUPTOR yang mengambil uang rakyat yang termasuk seorang nenek tadi, di Indonesia dipenjara kurang lebih 10 tahun , kenapa Indonesia meniru kebiasaan orang barat yang tidak baik dan tidak meniru kebiasaan yang baik dari negara-negara maju seperti : Jepang, Inggris, Amerika dll.
Cara mengatasi agar Budaya Indonesia tidak di ambil oleh negara :
  1. Jangan terlalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin gila ini (mengikuti perkembangannya boleh-boleh saja asalkan jangan terlalu berlebihan)
  2. Jika tidak tahu seperti apa macam-macam Budaya indonesia itu,, mengertilah budaya Indonesia mulai sekarang
  3. Hindari sifat yang Egois atau terlalu mementingkan dirimu sendiri
  4. Jadilah orang yang seperti Pahlawan kita
  5. Jika ada seorang yang ingin mengajak anda untuk berbuat yang tidak baik (merusak moral Indonesia) maka jangan pernah mengikuti dia sedikit pun.
Jadilah Remaja yang Bersih dari Narkoba karena Narkoba bisa membuat kita kehilangan semuanya atau yang paling penting adalah Cita-cita. Jadilah penerus bangsa yang kreatif.

Candi Baru Ditemukan di Jatinom Klaten




dok.timlo.net/indratno eprilianto
dok.timlo.net/indratno eprilianto
Batu candi jaman Hindu ditemukan warga di wilayah Jatinom, Klaten.
Klaten – Warga Dukuh Meleman, Desa Gedaren, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten menemukan rangkaian batu candi di lahan pertanian desa setempat.
Informasi yang dihimpun Timlo.net, Kamis (19/1), struktur batu candi ini kali pertama ditemukan oleh Margono (44) warga Dukuh Meleman, Desa Gedaren pada Rabu (11/1) sepekan lalu sekitar pukul 09.00 WIB.
Bersama kedua pegawainya, saat itu Margono hendak menggali tanah bekas sawah milik Wiyono warga setempat. Ia menggali ingin mencari tanah liat untuk membuat batu bata.
Saat menggali dikedalaman satu meter, tiba-tiba cangkul Margono terbentur benda keras. Setelah digali, ia terkejut benda tersebut ternyata struktur batu candi yang diduga peninggalan Jaman Hindu.
Margono menjelaskan penemuan candi itu di dua lokasi. Lokasi pertama ditemukan beberapa batu candi.  Sedangkan lokasi kedua di sisi selatan berupa bongkahan batu yang diperkirakan juga merupakan struktur candi.
“Setelah menemukan itu kemudian saya laporkan ke Pemerintah Desa Gedaren yang dilanjutkan ke polisi,” ujar Margono.
Kepala Desa Gedaren, Sunarto menjelaskan, pada Selasa (17/1) lalu pihak kepolisian sudah memasang garis polisi di lokasi penemuan.
Atas penemuan itu, pihaknya berharap ada tindak lanjut dari yang berwenang.  “Kalau memang diijinkan dari yang berwenang maka ke depan akan dibuat daerah wisata, ujarnya.
Menurut Kades Sunarto, dari cerita masyarakat jaman dulu, kawasan Dukuh Meleman memang banyak candi. Untuk itu masyarakat lebih mengenal Dukuh Meleman dengan sebutan Dukuh Candi.
“Pada sepuluh tahun lalu juga pernah ditemukan batu-batu candi tapi dikembalikan lagi ke dalam tanah. Memang banyak situs-situs candi hanya saja titik-titiknya tidak hafal,” imbuhnya.

MARI KITA LESTARIKAN PENINGGALAN PURBAKALA DI KLATEN

 

 

Wisata Peninggalan Sejarah Klaten

 
 
 
 
 
 
1 Votes

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA (PENINGGALAN SEJARAH)
DI KABUPATEN KLATEN

Di samping kaya dengan potensi wisata ziarah, Kabupaten Klaten juga memiliki potensi wisata budaya, khususnya yang berkaitan dengan peninggalan-peninggalan nenek moyang seperti candi, kesenian (seni pertunjukan) dan seni kerajinan. Beberapa peninggalan yang berupa candi antara lain adalah Candi Sewu, Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Sojiwan, Candi Plaosan, Candi Asu dan sebagainya. Di samping peninggalan sejarah yang berupa candi juga terdapat beberapa peninggalan yang berupa aset seni budaya baik seni kerajinan maupun seni pertunjukan.
2. Candi Plaosan (Lor), dan Candi Plaosan Kidul, Prambanan, Klaten
3. Candi Sewu, Prambanan, Klaten
4. Candi Lumbung, Prambanan, Klaten
5. Candi Sojiwan, Prambanan, Klaten
6. Candi Asu, Prambanan, Klaten
7. Candi Merak, Karangnongko, Klaten

1. Candi Bubrah

Candi Bubrah merupakan candi Budha yang dibagun di akhir abad ke-9, yang identik dengan Candi Sewu.


2.Candi Plaosan (Lor) dan Candi Plaosan Kidul
CANDI PLAOSAN terletak di Dukuh Plaosan Desa Bugisan Kecamatan Prambanan kira-kira 1 km ke arah timur dari candi Sewu. Candi Budha ini terdiri atas dua candi utama yang terletak berdampingan, masing-masing mempunyai landasan dasar sendiri. Candi yang terletak di sebelah kiri dinamakan Candi Plaosan Lor dan candi yang terletak di sebelah kanan dinamakan candi Plaosan Kidul.
Relief ukiran yang terletak di bagian selatan candi menggambarkan tentang laki-laki dan candi yang lain menggambarkan tentang wanita. Keistimewaan lain dari candi ini adalah terdiri dari candi 58 Perwata dan hampir 200 bentuk stupa, struktur bertingkat dua dengan jendela dan pintu besar ada banyak patung Bodhis di bagian luar kuil
Setiap candi mempunyai 6 ruangan yang terbagi dalam 2 tingkat. Di ruangan di lantai bawah terdapat patung Buddha yang terbuat dari tembaga, tetapi sekarang sudah hilang, yang dikelilingi oleh dua patung Bodhisattva. Relief di tembok menggambarkan pemberian. Relief dan benda yang disucikan berada di lantai atas.
Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor terdiri dari dua candi utama dengan tinggi 21 meter. Panjang tembok yang mengelilingi candi sepanjang 50 meter dan lebar 14 meter. di tembok ini terdapat gambar Bodhisattva, Kinnara dan beberapa dewa perempuan

Candi Plaosan Kidul
Candi Plaosan Kidul terdiri dari dua bangunan utama. Sebagian dari Kala Makara didekorasi dengan antefixe dan pintu masuk, yang dihiasi dengan motif tumbuh-tumbuhan.













3. Candi Sewu,
Terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan Kecamatan Prambanan. Jarak dari kota Klaten ± 15 km kearah barat. Candi ini terdiri dari sebuah candi induk yang diapit oleh candi Perwara yang berjumlah 240 buah dan candi Apit 8 buah. Karena jumlah candi tersebut cukup banyak maka disebut candi Sewu. Candi ini didirikan pada abad IX oleh salah seorang penganut agama Budha Maha Yana Luas Candi 14.059.488 m2 Fungsi sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah Pengunjung rata rata ± 2.000 orang tiap bulan.
4. Candi Lumbung,
Terletak di Dukuh Tlogo, Desa Tlogo Kecamatan Prambanan. Jarak dari kota Klaten ± 15 km kearah barat. Candi Lumbung terdiri dari sebuah candi induk yang dikelilingi oleh 16 candi Perwara. Candi induk ini menghadap ke timur, berkamar kosong dan atapnya berbentuk Stupa. Luas areal candi 545,35 m2 Fungsi sebagai obyek wisata peninggalan bersejarah Pengunjung rata rata ± 2.000 orang tiap bulan

5. Candi Sojiwan,
di Dk. Banjarsari Ds. Kebondalem Kidul Kec. Prambanan Klaten, Candi Sojiwan yang merupakan candi yang dibangun oleh raja penganut agama Budha pada abad ke-IX dan berada di area seluas 401,312 m2. bagian atap candi sudah runtuh, sedangkan bagian dinding kaki candi dihiasi relief cerita Jetaka yang diambil dari kisah Kamandoko yang menceritakan tentang binatang yang mengandung nilai-nilai filsafat. Candi induk menghadap ke arah barat.


6. Candi Asu,
Letaknya di Dk. Bener Ds. Bugisan Kec. Prambanan Klaten, Candi Asu yang terletak di luar komplek Taman Wisata Prambanan kurang lebih berjarak 1 km dari komplek Taman Wisata Prambanan dan berada di dekat perumahan penduduk. Bentuk candi saat ini terkesan berserakan namun telah dilindungi oleh pagar.

6. Candi Merak,
Letaknya di Dukuh Candi, Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Luas kompleks candi Merak sekitar 2.000 m2’Candi Merak terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke timur dan 3 candi perwara yang menghadap ke barat ke arah candi induk. Candi induk berbentuk bujursangkar dengan ukuran 8,38 x 8,38 m. Penampil candi berukuran panjang 155 cm dan lebar 160 cm. Pipi tanggan berukuran panjang 230 cm dan lebar 252 cm, Candi Merak merupakan bangunan candi yang bersifat Hindu. Hal ini dapat dilihat dari Lingga Yoni yang berada di dalam bilik candi utama. Selain Lingga Yoni terdapat pula arca Durga yang menempati relung utara dan Ganesha yang berada di relung barat.